Kajian Tahsin, Tarjamah, Tafsir, Tahfidz dan Tanfidz (5T)
Oleh : Ustadz Jafar Siddiq Al Hafidz
Surat al-hujurot adalah madaniyyah, 18 ayat. Disebut juga surat al-akhlak dan surat al-adab
Turun setelah surat Al-Mujadalah
Ayat 1
يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَ رَسُولِهِ وَ اتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَميعٌ عَليمٌ
1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Tahsin tilawah
1. , Bisa di baca 2/4/5 harokat , di sebut mad jaaiz munfashil.
2. Makhroj ذ adalah ujung lidah dengan dinding gigi seri atas bagian dalam. Di antara sifatnya rokhoowah (mengalir suara), jahr (tidak mengalir nafas). Untuk mengetahui makhroj suatu huruf dengan cara mensukunkan atau mentasydidkan
3. Makhroj ق adalah pangkal lidah dengan mengangkatnya ke atas langit-langit. Diantara sifatق adalah jahr (tidak mengalir nafas), isti’la (terangkatnya lidah ke atas langit-langit) dan qolqolah.
4. , Perhatikan huruf dal bertasydid, Makhrojnya دdi ujung lidah dengan gusi gigi seri atas. Di antara sifatnya syiddah (tidak mengalir suara), jahr.
5. , Tanda waqof Al washlu aula (lebih baik diwasholkan/diteruskan)
6. ,Tanda waqof Jaaiz (boleh berhenti , boleh dilanjutkan).
7. Makhroj ع adalah tengah tenggorokan. Di antara sifatnya tawassuth (antara syiddah dan rokhoowah) yaitu pengucapan suara yang tidak terlalu tertahan sehingga terdengar agak lemah.
Kosa kata
Janganlah ( Laa nahyi-larangan-cirinya, kata sesudahnya disukunkan atau dihilangkan nun-nya)
Kalian mendahului ( terjemahan kalian, diambil dari ); dihadapan ; Bertaqwalah kalian ; sesungguhnya, disebut huruf taukid (penguat), menashobkan -fathah- kata yang pertama (mubtada) dan merofa’kan –dlommah- kata berikutnya (khobar)
Penjelasan
Surat al-hujurot adalah madaniyyah, 18 ayat. Disebut juga surat al-akhlak dan surat al-adab.
Panggilan ini begitu berkesan di hati orang-orang mukmin, karena:
1. Sifat mereka yang paling dicintai di sisi Robb- nya.
2. Menunjukan ketinggian dan kemuliaan mereka di sisi Robb- nya.
3. Iman adalah sifat yang paling berharga bagi manusia.
4. Panggilan dari Alloh terhadap orang mukmin dalam segala kondisi dan sebelum memberi tugas, agar orang mukmin mengaitkan antara amal fisik dengan amal hati.
5. Panggilan yang memudahkan setiap tugas dan meringankan setiap kesulitan.
6. Panggilan yang membuat seorang mukmin tidak kuasa untuk menolaknya.
7. Panggilan kepada kebaikan yang akan diperintahkan atau keburukan yang di larang.
(albayyinat fi tafsir alhujurot)
Dalam al-Quran panggilan ini di ulang sebanyak 89 kali, dan dalam surat al-hujurot di ulang 5 kali.
Kandungan kalimat ini:
1. Janganlah kalian mendahului Alloh dan Rosul-Nya dalam segala urusan, perbuatan , hukum, pemikiran (Nidaaul mukminin, Al munir)
2. Ibnu Abbas berkata “Janganlah menyalahi kitab dan sunnah” (Ath-Thobari)
3. Adlohak berkata “ Janganlah kalian memutuskan urusan dari syariat agama kalian tanpa Alloh dan Rosul-Nya (Al munir).
4. Janganlah memerintah sampai Dia memerintah, dan janganlah melarang sampai Dia melarang (As-Sa’di)
5. Kalimat ini mengajarkan mengenai urutan sumber ijtihad, Sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad, Abu dawud dan Ibnu majah dari Muadz bin jabal ra, ketika Rosululloh saw bersabda padanya, sewaktu ia di utus ke Yaman, :”Dengan apakan engkau berhukum? Ia menjawab : dengan kitab Alloh. Jika engkau tidak mendapatkannya?, ia ,menjawab dengan sunnah rosulillh saw. Jika engkau tidak mendapatkannya? Aku berijtihad dengan akalku, lalu Rosululloh menepuk dadanya dan bersabda; Segala puji bagi Alloh yang telah memberi taufik kepada utusan Rosululloh”
6. Kebiasaan para sahabat ketika ditanya oleh Rosululloh saw, mereka menjawab Alloh dan Rosul-Nya yang lebih tahu. (FiiDzilal)
7. Wajib bagi seorang muslim untuk tidak mengatakan, melakukan, memutuskan perkara dan memberi fatwa dengan pemikirannya, kecuali setelah mengetahui firman Alloh dan sabda Rosul, serta hokum yang ditetapkan oleh keduanya.,ketika tidak mendapatkan pada keduanya maka ia berijtihad dengan pemikirannya (Aisaruttafaasir)
Kalimat taqwa merupakan …..
Wasiat Alloh pada generasi awal dan akhir. (QS 4:131)
Perjanjian dan tugas. (QS 7:172; 3:102)
Kesucian dan kemuliaan. (QS 49:13)
Sebab yang kuat untuk mendapat taufiq dan keselamatan.(QS 65:2-4)
Sebaik-baiknya akibat dan kesuksesan. (QS 7:128)
Hiasan orang mukmin. (QS 7:26)
Mahkota orang yang mengenal Alloh (Taajul ‘arifin).
Ruhul islam.
Ghoyah (tujuan) diangkatnya amal pada Alloh. (QS 22:37)
Jaminan keselamatan dan keamanan. (QS 2:204-206)
Yang mendahului, yang mengiringi dan yang mengakhiri semua amal. (QS 5:27)
Bekal orang mukmin (QS 2:197)
Sumber kebahagiaan.
Keutamaan yang diberikan kepada orang yang bertaqwa :
Diberikan jalan keluar dari berbagai permasalahan (QS 65:2)
Diberi rizki dari arah yang tidak terduga (QS 65:3)
Dimudahkan dalam urusannya (QS 65:4)
Diampuni kesalahannya (QS 65:5)
Diberi pahala yang besar (QS 65:5)
Dijaga dari tipu muslihat musuh (QS 3:120)
Diliputi rahmat Alloh (QS 7:156)
Berada di surga di sisi Alloh swt (QS 54:54-55)
Beserta Alloh (QS 16:128)
Mendapat pertolongan Alloh melalui malaikat-Nya (QS 3:125)
Diberi ilmu (QS 2:282)
Diselamatka dari neraka (QS 19:72)
Dimuliakan di sisi Alloh (QS 49:13)
Diberi furqon/pembeda (QS 9:29)
Makna dan Esensi
Taqwa (bentuk invinitive berarti: “wiqaayah” ) dalam pengertian bahasa adalah menjaga sesuatu dari yang menyakiti dan yang membahayakannya.
Dalam kaitan kehidupan manusia berarti sebuah upaya untuk menjadikan diri seseorang dalam keadaan selalu terpelihara dari sesuatu yang menakutkan. Pengertian ini sekaligus menggambarkan tentang hakikat dan esensi taqwa.
Dalam kondisi tertentu “takut” di sebut taqwa. Maka dalam istilah syar’i taqwa di lukiskan sebagai upaya menjaga diri dari sesuatu yang menimbulkan dosa, yaitu dengan jalan meninggalkan apa saja yang dilarang Allah, bahkan meninggalkan sesuatu, yang sebenarnya tidak di larang, karena semata mata takut terjerumus ke dalam sesuatu yang di larang atau dosa.(Al-Raghib Al-Ashfani, Mu’jam Mufradat Alfazh Al-Qur’an).
Menurut Sayyid Qutb dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri kehidupan.
Saat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”
Hakikat taqwa adalah keadaan hati yang selalu takut pada Alloh dan pengawasan-Nya, selalu menganggap besar perintah dan larangan-Nya, mendorongnya untuk melaksanakan apa yang di cintai dan diridloi-Nya, bersegera padanya, menjauhi yang membuat Dia murka, tempatnya adalah hati. Sementara hati akan mencurahkan atsarnya (pengaruhnya) kepada seluruh anggota tubuh, sebagaimana jantung mencurahkan darah ke seluruh tubuh.
(albayyinat fi tafsir alhujurot)
Bentuk-bentuk ketaqwaan
(QS 2;1-5)
Mengimani yang ghoib
Menegakkan sholat.
Menunaikan zakat /infaq.
Mengimani kitab-kitab Alloh.
Meyakini hari akhir.
(QS 3:132-136)
Berinfaq dalam kondisi lapang dan sempit.
Menahan marah.
Memaafkan orang lain.
Melakukan kebaikan.
Dzikir (ingat pada Alloh)
Memohon ampun.
Tidak terus-menerus melakukan dosa
(QS 21:49)
Yang takut pada Robb-nya
Yang takut pada hari kiamat
(QS 51:15-21)
Berbuat kebaikan/ihsan
Sedikit tidur di malam hari.
Mohon ampun di waktu sahur
Berinfak kepada yang meminta dan yang tidak meminta.
Mentafakuri ayat-ayat Alloh yang ada di bumi dan diri
(QS 52:28)
Berdo’a kepada Alloh
(QS 3:16-17)
Yang berdo’a :
“Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami Telah beriman, Maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,"
Sabar, jujur, taat
Tingkatan Taqwa
1. Takut kekal di neraka, dengan meyakini kalimat tauhid (Laa ilaaha illalloh) di hatinya, mengucap dengan lisannya, Alloh menyebutnya kalimat taqwa
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa[*] dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS 48;26)
[*] Kalimat takwa ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah.
Dengan kalimat itu seseorang terjaga darahnya dan hartanya di dunia ini ,walaupun mengucapkan tidak benar/dusta. Kalau mengucapkannya dengan benar maka akan menjaga dari kekalnya dalam neraka. Kalimat taqwa merupakan pondasi, di atasnya diletakkan ketaqwaaan yang lainnya.
Kalimat taqwa adalah kalimat thoyyinah , Alloh swt mengumpamakannya seperti pohon yang baik.
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[*] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
[*] termasuk dalam Kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala Ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti Laa ilaaha illallaah.
Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS 14:24-25)
2. Takut dari murka Alloh yang perkasa, dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi yang diharamkan, Yang paling penting pada derajat ini adalah menunaikan hak-hak kemanusiaan, menjaga dari menyakitinya dan menjaga kehormatannya
3. Takut dari taqwa yang ma’lulah (mengkhawatirkan), yaitu taqwa yang tidak murni karena Alloh, yang memotifasinya hanyalah keinginan terhadap manfaat yang dekat, harta yang di dapat dengan segera dan kemudahan dari rizki.
4. Takut dari yang syubhat, dengan waro’, meninggalkan yang syubhat, semangat dalam taat dan berlomba dalam kebaikan.
5. Takut dari yang mubah (dibolehkan), khawatir ada dosa padanya. Dengan meninggalkan sebagian yang mubah takut jatuh pada makruh.
Hasan Albashri mengungkapkan : ketaqwaan senantiasa berada dalam orang yang bertaqwa sehingga mereka meninggalkan banyak yang halal karena khawatir pada yang haram
Dalam hadits riwayat turmudzi :”Seorang hamba tidak akan sampai pada derajat muttaqin sehingga ia meninggalkan sesuatu yang tidak berdosa , khawatir padanya ada dosa” hadits hasan.
Yang termasuk dalam derajat ini adalah :
Memutuskan rintangan yang menghalangi antara orang mukmin dengan persiapannya untuk akhirat.
Mengurangi dari segala yangmelalaikan akhirat.
Zuhud terhadap dunia.
Urusannya selalu dihadapkan pada akhirat.
Semangat dalam merealisasikan nilai-nilai iman dan keyakinan.
Menghiasi dengan tazkiyyah (penyucian diri) dan kebaikan
6. Takut lalai dari Alloh,
Dengan membersihkan hati dari selain Alloh
Memandang kebaikan yang dilakukan adalah anugerah dari Alloh
Memandang dirinya lalai dalam pengabdiannya kepada Alloh
Memandang kurang dalam menunaikan takwa yang sebenarnya
Ungkapan yang sering terucap adalah :
سُبْحَانَك مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ
“Maha suci Engkau, kami belum beribadah kepadamu dengan sebenarnya”
(Albayyinaat fii tafsir alhujurot)
Sesungguhnya Alloh Maha mendengar perkataanmu dan Maha mengetahui perbuatanmu dan niatmu (Tafsir Muyassar,Ibnu Katsir).
Sesungguhnya Alloh Maha mendengar segala sesuatu yang didengar dan Maha mengetahui segala yang diketahui. (Fathul qodir)
Penyebutan dua nama ini, setelah Alloh melarang mendahului Alloh dan Rosul-Nya dan perintah untuk bertakwa, hal ini mendorong untuk melaksanakan perintah dan adab yang baik itu, sekaligus menakuti ketika tidak melaksanakannya. (As-Sa’di)
Kekuatan iman terhadap nama dan sifat Alloh ini membuat seorang hamba senantiasa mengetahui dan yakin akan pengawasan Alloh terhadap dirinya, dhohir dan batinnya, di setiap waktu dan kesempatan, di setiap napas dan kedipan matanya, inilah yang di sebut dengan ihsan, sebagaimana sabda Rosululloh saw :” Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak dapat melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu”. (Albayyinat)
Tanfidz (pengamalan/real action)
- Merasakan kesan yang sangat dalam dengan panggilan “yaa ayyuhalladziina aamanuu”
- Selalu mempersiapkan diri untuk menerima dan menjalankan tugas dari Alloh swt.
- Tiada henti dalam mengkaji al-Quran dan sunnah Rosululloh saw, dan menjadikan keduanya sebagai rujukan dalam berbagai masalah.
- Berupaya tidak menyalahi al-Quran dan sunnah Rosululloh saw.
- Berupaya menjaga diri dari murka Alloh, hati-hati dari perilaku yang mendatangkan dosa.
- Menghiasi diri dengan taqwa.
- Selalu memohon ketakwaan kepada Alloh.
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَيها وَ زَكِّها وَ أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّيها أَنْتَ وَلِيُّها وَ مَوْلََََََيها
“Ya Alloh berikanlah ketakwaan pada diriku, sucikanlah ! Engkau sebaik-baiknya yang mensucikan, Engkaulah Yang menguasainya”
- Selalu mohon ampun pada Alloh karena kurang takwa.
- Merasakan pengawasan Alloh dalam setiap perkataaan, perbuatan dan niat.
Wallohu a’lam.